Wusata Spiritual
WISATA spiritual merupakan salah satu special interest tourism (pariwisata minat khusus) yang tergolong ke dalam new tourism. Wisata jenis ini merupakan wisata yang mengedepankan kualitas yang tentunya berbeda dengan pariwisata konvensional yang pernah dikembangkan di negeri ini.
Tempat yang dijadikan objek untuk wisata jenis ini memang kebanyakan adalah pura. Untuk di daerah Wanagiri, Buleleng ada di Pura Tirta Kuning, Gianyar di Pura Goa Gajah, yang banyak adalah di Karangsem yaitu di daerah Sidemen. Bahkan hotel pun banyak menawarkan wisata jenis ini. Selain itu adalah tempat-tempat meditasi semacam ashram. Sebenarnya wisata spiritual sudah dilakukan wisatawan sejak dulu di Bali. Wisata jenis ini bukan hanya dilakukan oleh wisman, tetapi juga oleh wisdom. Pura merupakan tempat suci umat Hindu yang mulai pembangunan sampai selesai melalui tahapan ritual, sehingga diharapkan Ida Sang Hyang Widhi dapat berstana di pura itu. Bangunan pura itu sendiri terdiri atas Tri Mandala yaitu, nista, madya, dan utama mandala. Dalam wisata ini harus tetap diupayakan penjagaan kesucian pura. Bahkan, untuk pencerahan/meditasi tidak semata kegiatan itu dilakukan di utama mandala. Kegiatan itu dapat dilakukan di wantilan atau jaba tengah. Tentu wisatawan harus tunduk pada ketentuan/aturan, misalnya bagi wanita dalam keadaan menstruasi dan mereka yang cuntaka karena punya kematian tidak diperkenankan memasuki areal pura. Mereka harus mengenakan busana adat sembahyang. Hal ini harus disampaikan dengan baik kepada wisatawan. Dengan ketulusan hati mereka pun dapat mengikuti aktivitas ritual di sebuah pura tentu mereka pun dapat disucikan terlebih dulu dengan banten prayascita. Sedapat mungkin dijelaskan pula tentang sejarah pura dan filosofinya. Dalam mengemas paket ini perlu kesiapan masyarakat lokal, pengemong pura, dan perlu pemahaman para bendesa pakraman dengan aparat termasuk para pecalang/jaga desa. Termasuk dalam hal ini peran pemerintah diperlukan dalam menyiapkan peraturan mengenai segala aspek pengembangan wisata ini. Dengan demikian diharapkan tidak akan terjadi eksploitasi terhadap pura maupun agama Hindu dan budaya Bali. Bali dapat melihat beberapa negara yang sukses mengemas dan mengembangkan wisata ini seperti India, Thailand, Malaysia, Tibet, bahkan Arab Saudi. Sebenarnya wisatawan/penekun spiritual dalam pendakian rohaninya sangat mencintai lingkungan, kedamaian, harmoni, dan suasana yang tenang. Mereka pantang merusak alam yang menjadi rumah mereka. Tarif khusus tidak pernah dikenakan kepada wisatawan karena dianggap kurang etis memungut retribusi kepada mereka yang akan bersembahyang/meditasi. Akan tetapi mereka setelah melakukan aktivitas spiritual pikirannya sudah bahagia dan tenang dengan sendirinya akan tergugah untuk madana punia. Jika banyak orang suci dari mancanegara, seperti dari India datang ke Bali (misalnya dalam Bali Mahayatra) berdoa dan mendoakan Bali, maka auranya akan memancar ke sekelilingnya. Dengan demikian diharapkan masyarakat Bali, jika ada yang kurang baik, bisa dipengaruhi karena kena aura kebaikan sehingga bisa berubah menjadi baik. |